Saturday, May 18, 2024

Jaringan Gusdurian dan INFID Gelar Youth Camp Lintas Agama

MAKASSAR – Jaringan Gusdurian bersama INFID menggelar Youth Camp “Muda Toleran” 2023.

Kegiatan itu mempertemukan orang muda yang tidak hanya merayakan keberagaman, juga mengeksplorasi peran penting pemuda dalam memelihara kedamaian.

Ajang tahunan ini merupakan perwujudan nyata dari semangat Indonesia, dengan 30 peserta dari berbagai agama, kepercayaan, etnis, daerah, budaya, dan gender yang berkumpul di Hotel Jolin Makassar untuk memahami, merayakan, dan merangkul perbedaan.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini Youth Camp memiliki fokus untuk mempersiapkan orang muda dalam menghadapi tantangan pemilu yang akan datang.

Dalam upaya untuk menjembatani jurang pemahaman dan mengurangi polarisasi, peserta akan dibekali dengan keterampilan mendengarkan dan berempati melalui teori Level of Listening.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pandangan orang lain, orang muda dapat berfungsi sebagai jembatan perdamaian dalam masyarakat yang beragam ini.

Youth Camp “Muda Toleran” membawa peserta untuk merasakan keberagaman secara langsung dengan mengunjungi kelompok keberagaman di Makassar. Ini adalah kesempatan unik untuk mendengarkan cerita, mengajukan pertanyaan, dan merasakan keberagaman Indonesia yang mempesona.

Selain itu, peserta akan diajak untuk menerapkan teori U-Process dalam analisis sosial. Ini adalah langkah penting dalam merencanakan perubahan positif yang berkelanjutan di masyarakat mereka.

“Beberapa riset terakhir menunjukkan Indonesia adalah negara dengan orang muda tertinggi yang memiliki konsen terhadap agama, yakni kurang lebih 92 persen. Orang muda digerakkan oleh pandangan pemahaman terhadap agamanya terutama usia mahasiswa,” kata Program Manager HAM dan Demokrasi INFID, Abdul Waidl dalam sambutannya.

Ia menyebut orang muda saat ini bisa menjadi bagian dari perdamaian dan bisa berpotensi menjadi bagian dalam kekerasan. Pemanfaatan sumber informasi di internet juga jika tidak hati-hati berpotensi menjadikan orang muda ekstrem.

“Youth camp ini merupakan bagian dari upaya memperkuat peran orang muda dalam pemajuan toleransi dan pencegahan ekstremisme berkekerasan di Indonesia,” tandasnya.

Sementara itu, Suaib Prawono, Koordinator Wilayah Gusdurian SulamPapua (Sulawesi, Maluku, Papua) menyampaikan Gusdurian di wilayah Sulam Papua tersebar di 33 kabupaten kota, bukan hanya sekadar melakukan dialog juga berbaur satu sama lain.

“Kita tidak usah khawatir dengan berbaur, karena berbaur bukan berarti melebur. Yang menjadi tantangan di kepala saya adalah budaya baru dan mendengar. Mengapa isu perdamaian itu tidak pernah selesai? Karena sebetulnya kita belum selesai dengan diri kita,” imbuhnya.

Untuk memastikan lingkungan dan ruang yang aman dan inklusif selama kegiatan youth camp, peserta dan panitia menyepakati sebuah budaya baru, di antaranya adalah membangun kesalingan, mengutamakan persetujuan, dan anti diskriminasi.

Kegiatan Youth Camp ini dilatari ancaman politisasi identitas dan beragam konflik dikhawatirkan akan semakin masif dalam perhelatan Pemilu 2024 nanti.

Potensi ini dikonfirmasi dengan data The Economist Intelligence Unit (EIU) yang menunjukkan dalam kurun waktu dua tahun terakhir kinerja demokrasi Indonesia mengalami stagnasi. Di mana dua indikator terendah pada aspek kebebasan sipil dan budaya politik.

Menjaga kebebasan sipil dan budaya politik menjadi sebuah urgensi. Salah satu yang bisa diupayakan adalah memberikan ruang-ruang aman bagi orang muda sebagai aktor kunci perdamaian.

Saat ini 50 persen jumlah penduduk Indonesia didominasi oleh orang muda dan sekitar 63,9 juta data pemilih tetap adalah orang muda dengan rentang usia 17-30 tahun.

Merujuk data tersebut, INFID dan Jaringan Gusdurian meyakini bahwa penting untuk menyediakan ruang-ruang keterlibatan yang inklusif, sehingga mereka dapat berpartisipasi secara bermakna dalam menjaga kebebasan sipil dan demokrasi, termasuk perdamaian.

Baca Juga

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Populer