JAKARTA – Kedutaan Besar Arab Saudi di Lebanon mendesak warganya untuk meninggalkan negara itu sesegera mungkin, sekaligus jangan mendekati daerah-daerah tempat terjadi bentrokan bersenjata.
Kedutaan Arab Saudi di Lebanon menyampaikan melalui kanal X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) agar warganya tidak mengunjungi daerah di mana bentrokan bersenjata terjadi.
“Kedutaan menekankan pentingnya mematuhi larangan perjalanan Saudi ke Lebanon,” tambah pernyataan itu, seperti dilaporkan kantor berita SPA.
Kuwait juga mengeluarkan peringatan pada Sabtu pagi yang meminta warga Kuwait di Lebanon tetap waspada dan menghindari area gangguan keamanan tetapi berhenti meminta mereka untuk meninggalkan negara itu, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Kuwait di X.
Pada 1 Agustus, Inggris juga memperbarui saran perjalanannya untuk Lebanon, menyarankan untuk tidak melakukan “semua kecuali perjalanan penting” ke bagian selatan Lebanon dekat kamp pengungsi Palestina di Ein el-Hilweh.
Sejak 29 Juli, sedikitnya 13 orang telah tewas dan lebih dari 60 terluka dalam bentrokan antara faksi utama Fatah dan kelompok garis keras di kamp tersebut, yang terbesar dari 12 kamp Palestina yang didirikan di Lebanon pada tahun 1948 setelah Israel dibentuk.
Fatah menuduh kelompok bersenjata Jund al-Sham dan al-Shabab al-Muslim menembak mati seorang jenderal militer Fatah, Abu Ashraf al-Armoushi, di kamp tersebut.
Menurut Maher Shabaita, kepala Fatah di wilayah Sidon, faksi Palestina di kamp tersebut telah membentuk komite investigasi untuk mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan al-Armoushi dan akan menyerahkan mereka ke pengadilan Lebanon untuk diadili.
Gencatan senjata antara kelompok Palestina di kamp diumumkan pada 31 Juli di bawah mediasi pihak Lebanon. Namun, bentrokan bersenjata terus terjadi antar faksi dari waktu ke waktu.
Menurut badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengungsi Palestina atau UNRWA, Ein el-Hilweh menampung 80.000 hingga 250.000 pengungsi.
Pada hari Kamis, Direktur UNRWA di Lebanon, Dorothee Klaus mengatakan bahwa 600 orang yang mengungsi dari kamp tersebut tinggal di dua sekolah badan tersebut, di Sidon dan di kamp terdekat lainnya, Mieh Mieh.